Hari ini tidak indah kan? Yah…. Memang. Terlalu sendu. Mendung putih yang mengantung, angin yang lembab, adan daun – daun yang mulai beruguran. Ah, sedang apa disini? Sedang apa di perpustakaan, tidak biasanya. Atau, jangan – jangan kau akan menyelesaikan skripsimu? Ah, hebat sekali… semangat ya. Dan do’akan aku segera menyusulmu.
Sekarang tak banyak yang bisa kulakukan. Ya mungkin hanya begini saja. Lihat, mulai gerimis. Mari jalan!
Apa? Kau sudah tak suka ritual ini? Oh, baiklah padahal ini indah. Kata senandung, dia sangat suka nada – nada tetes hujan yang menghujam bumi. Haaah..! aku merindukan senandung.
Ayo lekas! Kita harus segera berteduh. Katamu kau sudah tak suka gerimis. Disana, ada gazebo kecil. Bagaimana kalau kita kesana? Kit bisa mengobrol bersama.. aku rindu kedekatan kita dulu. yang bisa bebas bercanda tawa, tersenyum bersama dan bebas saling peluk. Tak ada sekat yang jauh diantara kita. Dulu kita sangat,,, dekat. Iya kan?
Oh… baiklah. Aku tahu, sudah bukan waktunya lagi kita bercanda tawa. Kau sudah dengan duniamu sendiri kini. Ya, ya… aku tahu. sampaikan salamku untuk kasihmu..
Hey! Mmm… bolehkan aku minta satu hal untukmu? tapi kau sangat bisa menolaknya kali ini.
Bolehkah aku memelukmu sekali saja, yah.. untuk terakhir kali mungkin?! Tapi kau boleh menolak, karena aku tak memaksamu.. oh ya… senandung menyampaikan salam rindu untukmu. dan mungkin aku pasti akan merindukanmu suatu hari nanti. Aku harap aku masih memiliki izin untuk menyebut namamu sebelum tidurku. Oh,ya… sekali lagi kau boleh menolaknya. Kau boleh meninggalkan aku sekarang…
Sudahlah jangan katakan apa – apa lagi. Cukup lakukan apa yang ingin kau lakukan. Itu sudah sangat cukup.
Ouh, terima kasih..
Kau memelukku?
Kau menciumku?
***
Iya.. akhir – akhir ini memang hari tak lagi indah, serasa ada saja yang meganjal. Dan angin itu membawa banyak alunan ridu. Ya memang, itu keharusan melihat usia dan statusku yang sudah muai berubah. Segeralah selesaikan tugasmu yang satu itu, bukankah kau sendiri yang mengatakan bahwa masih banyak hal yang harus kita kejar. Dan kini apa yag sedag kau lakukan?
Tidak, tidak… aku sudah lama sekali tidak berjalan di tengah hujan seperti ini. Tidak semestinya lagi ritual seperti waku itu masih dilakukan. Bukan saatnya lagi kita bermain – main seperti dulu, iya kan? Dan.. aku tak boleh lagi harusnya menggandeng tangan orang lain seperti ini.
Iya.. akan kusampaikan salam itu untuknya. Mmm, bintang. Entah mengapa semalam aku benar – benar merindukanmu. Ingin rasanya aku bertemu denganmu dan akhirnya hari ini kita dapat bertemu. Oh, sungguh menyenangkan. Dan kau tahu bintang, sepertinya angin yang mengantarkan isyarat ini. Bintang…
Apapun jika aku bisa, bintang.
Aku tidak akan meninggalkanmu. Aku pun juga selalu menyebut namamu sebelum tidur, sesudah kekasihku. Senandung sebenarnya diam – diam sering menceritakan tentangmu padaku. Dan sebenarnya aku ragu memelukmu saat ini. Bukankah kasihmu masih selalu mengikutimu. Bagaimana jika,..
Senja yang indah bukan? saat kita merindukan seseorang dan secara perlahan mereka hadir untuk kita. Aku sangat menyayangimu, bintang..
Aku selalu mengharap kaulah yang hadir dengan senyummu di setiap gerimis datang, angin bersiul, matahari yang menahan amarah, dan saat bulan bercinta.
Untuk hujan dan gerimis,
dan untuk senandung
yang selalu angkuh.